Musik Keroncong
Illustrasi /Gopries82 galery |
Musik Keroncong yang menjadi bagian dari budaya musik Indonesia, didalamnya terdapat karakteristik yang mengandung nilai-nilai budaya universal, seperti halnya musik-musik yang lain. Musik keroncong memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dengan bentuk musik lainnya yang muncul dari perpaduan antara elemen-elemen musikal, musik pengiring dan teknik penyajiannya.
Musik Keroncong dan Perkembangannya.
Keroncong berawal dari musik yang dimainkan oleh para pelaut, budak dan opsir Portugis dengan sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado. Pada abad ke-16, musik ini dikenal di Nusantara pertamakali di Malaka yang dimainkan oleh para budak dari Maluku. Bentuk awal musik ini disebut moresco.
Pada proses perkembangan yang cukup panjang dan lama, masuklah sejumlah unsur tradisional seperti seruling dan komponen gamelan. Kemudian musik keroncong menjadi semakin populer di banyak tempat di Nusantara bahkan sampai ke semenanjung Malaya pada akhir abad ke-19. Dan secara terus menerus corak musik keroncong ini berubah dari masa ke masa dan mengalami puncak jaman keemasan hingga sekitar tahun 1960-an. Musik keroncong ini sempat meredup ketika musik populer (musik rock berkembang sejak tahun 1950, dan berjayanya beatle dan sejenisnya sejak tahun 1961). Namun Musik keroncong asli (Keroncong Tempo Doeloe) masih tetap dimainkan dan dinikmati sebagian lapisan masyarakat di Indonesia hingga sekarang.
Ketika musik populer seperti pop dan rock dikenal dan semakin populer di nusantara, musik keroncongpun mengikuti perkembangannya dengan menselaraskan musik populer tersebut sehingga pada akhirnya musik keroncong tempo doeloe mengalami perubahan corak, dan warna yang dikenal dengan musik keroncong modern (tahun 1960-2000).
Keroncong sebagai Musik Jalanan Membawa Warna.
Ketika musik keroncong dimainkan pada sore hingga malam hari di jalanan yang mempunyai warna khas seperti jalan malioboro Yogyakarta, atau tempat-tempat makan lesehan baik formal ataupun non formal musik keroncong ini bisa didengar, dinikmati dan bahkan menyentuh hati ketika dimainkan pada suasana yang pas dan santai. Saya sangat terkesan sampai sekarang ketika pada tahun 80 an, ada gabungan mahasiswa dari sastra Gama dan Institut Seni Yogyakarta memainkan musik keroncong di jalan Malioboro membawakan lagu-lagu perjuangan dan bahkan lagu Spanyolan seperti lagu La Bamba, dsb. Sangat-sangat menarik wisatawan asing yang sedang menikmati hidangannya di lesehan pinggir jalan tersebut, saking eloknya irama yang dimainkan oleh keroncongers, sampai-sampai si Bule (wisatawan asing) merogoh kantongnya ngambil uang untuk menambah lagu. Dengan didendangkannya lagu jawa, perjuanngan, dan lagu spanyolan yang penuh rasa kocak dan dinyanyikan sambung-menyambung (medle) ternyata musik keroncong sebagai musik jalanan bisa menambah suasana khas tradisional dan membawa corak, warna dan greget tersendiri yang membuat kita betah dan enggan berdiri dan melangkahkan kaki untuk meninggalkannya. Ketika musik keroncong jalanan dimainkan live show dengan lagu keroncong langgam, keroncong tempo doeloe, dan keroncong modern di restoran-restoran hotel, musik keroncong ini tidak kalah bila dibandingkan dengan musik pop, rock lainnya. Suasana akan terbawa nyaman dan damai oleh alunan irama musik dipetik, dibethot, digesek, serta ditiup yang diaransemen dan dikombinasikan dari gabungan alat : Gitar, Ukulele, Selo (bas bethot), Biola, dan Seruling yang dimainkan secara kompak. .. aduhay nikmatnya... damainya suasana.
Referensi : Keroncong - Wikipedia
Silahkan mendengarkan dan menikmati video Latihan keroncong “Langgam Nyidamsari”, dari youtube Klik disini
Comments :
0 komentar to “Sekilas Keroncong”
Posting Komentar