Fungsi atau Gengsi
Budaya Gengsi yang ada di Indonesia ternyata bukan hanya ada di kalangan menengah ke atas, tetapi sudah merambah ke kalangan menengah ke bawah. Sungguh sangat memprihatinkan bangsa kita ini.
Besar Pasak daripada Tiang
Kita semua mungkin sudah pada melihat fakta yang ada di lingkungan kita, terkadang banyak sekali kehidupan yang memaksakan dirinya ingin mendapatkan sesuatu bukan karena fungsinya tetapi hanya karena gengsi semata. Kita semua sudah tahu arti dari “Besar Pasak daripada Tiang” yaitu besar pengeluaran daripada pendapatan. Syah-syah saja bila itu difungsikan atau digunakan untuk keperluan sandang, pangan dan papan serta pendidikan anak, asal tidak terlalu banget mengada-ada dan semata-mata karena kewajiban menjalankan ibadah karena Allah. Namun menjadi sangat mengherankan bila hal tersebut terjadi lagi-lagi karena gengsi...masyaAllah.
Budaya Gengsi
Coba kita amati di lingkungan kita, kantor kita, kota
kita, propinsi kita, dan bahkan di negara kita, semua berlomba untuk
mencari perhatian, mencari kepopuleran, mencari ketenaran, mencari wah
ini lho aku, kantorku, institusiku, kotaku, propinsiku, negaraku yang
semuanya itu seolah hanya mencari penilaian orang lain, atasan/pimpinan,
dan bahkan masyarakatpun sampai tersanjung. Sangat-sangat positif bila
itu semua dilakukan dengan rasa ikhlas tanpa ada keterpaksaan, tekanan,
dan dilakukan dengan apa adanya sesuai kemapuan. Namun fakta yang ada,
semuanya itu kebanyakan dilakukan dengan kemewahan yang berlebihan,
keterpaksaan, katanya loyalitas,dan sering kali mengada-ada hanya sekedar mengejar kepopuleran karena rasa gengsinya. Semuanya itu terkadang tanpa kita sadari bahwa untuk mecari kepopuleran karena gengsi, kebanyakan orang, sekelompok orang, institusi, dan bahkan negarapun cara dalam menempuh dan mewujudkan demi kegengsiannya pada akhirnya menghalalkan segala cara. Itulah yang sudah merambah dan mewabah menjadi budaya gengsi di kalangan kita, institusi kita, bangsa kita baik si miskin, si menengah, dan si kaya. Ooh ... gengsi.
Biar Kelihatan Gaul
Kalimat di atas sering kali muncul dikalangan anak muda bahkan ada juga terkadang kaum tua yang ingin tampil muda untuk menutupi ketuaannya. Gaul kata dasar dari pergaulan dapat diartikan pertemanan, persahabatan guna mencari dan mengembangkan potensi diri untuk memperoleh status pribadi agar tidak dicap ketinggalan jaman (kuno). Pergaulan juga bertujuan positif antara lain berfungsi untuk menghilangkan rasa minder dan melatih dirinya percaya diri dan sebagainya. Namun kebanyakan orang salah kaprah menempatkan dirinya ke tempat-tempat pergaulan atau di lingkungan pergaulannya yang terkadang awalnya sering terjadi perang antara jasmani dan rohani (kata otak dan kata hati nurani kita). Sekali kita menuruti kata hasil olah otak agar menjadi orang gaul dan dilakukan hanya semata demi pergaulan, demi pasangan/pacar, demi atasan, demi pimpinan, dan demi-demi yang lain kecuali Allah ... aduh sangat memprihatinkan. Hal tersebut, bila kita melakukan sekali saja merasa nikmat karena nafsu akan ketagihan dan bahkan menutupi kata hati nurani. Pada akhirnya apa yang diinginkannya selalu menuruti nafsu dan mengada-ada bahkan meninggalkan fungsinya. Misal karena nafsu biar di bilang gaul membeli Hand Phone yang mewah dan fasilitasnya lengkap,padahal tidak bisa menggunakan semua fasilitas yang disediakan pada hand phone tersebut namun hanya sekedar untuk komunikasi hallo ... he..he .. demi biar kelihatan gaul, belum bisa nyetir, beli mobil mewah ... kan percuma.
Berikut ini sekedar contoh ( saya kutib dari sumber :
http://yopiarfiandi.blogspot.com/2011/06/kantor-baruku.html ) .. kebiasaan di Belanda, semua orang berlomba-lomba naik sepeda tanpa memandang status sosial, usia atau pekerjaan. Bukan hal yang aneh seorang Profesor ke kampus naik sepeda, atau ketemu Manager dengan memakai jas dan berdasi sedang asyik mengayuh sepedanya. Semua orang lebih mementingkan fungsi dari sepeda tersebut daripada sibuk memikirkan gengsi atau malu. Selain menyehatkan juga ramah lingkungan menikmati perjalanan ke kantor diiringi kicau burung di pagi hari. Kadang aku bermimpi, kapan yah orang-orang di tanah air lebih mementingkan fungsi daripada gengsi. Menjadi pragmatis itu ". menguntungkan kok daripada sibuk jaga gengsi. Satu hal yang perlu ditiru "Fungsional”.
Sekedar Uneg-uneg : Prihartanto
Comments :
0 komentar to “Budaya Gengsi”
Posting Komentar