Kita sebagai orang tua kebanyakan pernah mengalami dan terkandang selalu terlintas rasa kekhawatiran terhadap perkembangan putra-putri kita sejak masih dalam kandungan, setelah dilahirkan sampai tumbuh berkembangannya anak menjadi dewasa, dan bahkan sampai anak atau putra-putri kita mulai menempuh/menjalani kehidupan baru dengan istri atau suaminya.
Rasa kekhawatiran adalah wajar dan manusiawi. Tidak ada manusia yang tidak pernah merasakan kekawatiran. Mengapa? Karena memang kita diciptakan oleh Yang Maha Pencipta memiliki kemampuan untuk merasakan, merenungkan serta memikirkan sesuatu.
Kekhawatiran akan muncul karena adanya harapan yang terlalu berlebihan terhadap anak, atau kekhawatiran timbul mungkin juga karena adanya kejadian-kejadian negatif yang pernah kita alami, kita dengar, dan kita lihat. Kekhawatiran tersebut mungkin terlintas di benak kita dan keluar dengan kata melarang “jangan” terhadap si anak : misalnya jangan lari-lari nanti jatuh, jangan hujan-hujan nanti sakit, jangan main komputer itu nanti rusak.
Ketika anak mengenal sesuatu benda, kekhawatiran kita adalah “jangan-jangan kelereng yang dipegang dimasukkan mulutnya”, ketika mulai latihan jalan, kekhawatiran kita adalah “jangan-jangan nanti jatuh”, ketika anak bermain benda elektronik atau komputer, kekhawatiran kita adalah “jangan-jangan komputer rusak”, ketika sudah mengenal internet, kekhawatiran kita adalah “jangan-jangan malah main game online terus atau membuka situs-situs negatif berbau porno”, ketika menginjak remaja dan mengenal pergaulan, kekhawatiran kita adalah, “jangan-jangan nanti salah pergaulan”, ketika putra-putri kita menuntut ilmu di luar kota, biasanya kekawatiran /keraguan atau kebimbangan kita sebagai orang tua adalah seputar: “Siapa yang akan merawat putra/putri kita bila mereka sakit?”; “Bagaimana jika anak kita sakit ditengah malam?” ; “Siapa yang akan mengawasi putra/putri kita kesekolah setiap hari, memonitor pergaulannya serta disiplin belajarnya sehari hari?”.
Pertimbangan dan kekhawatiran ini adalah sangat lumrah karena orang tua tentunya ingin putra/putrinya mendapat perhatian dan pengawasan yang baik, terutama ketika mereka berada jauh dari orang tua, ketika putra-putri menginjak pernikahan “jangan-jangan calon suami atau calon istrinya nggak bertanggung jawab”, dan sebagainya. Kekhawatiran semuanya itu masih dugaan/ belum tentu terjadi, mungkin bisa terjadi atau bahkan tidak sama sekali.
Kekhawatiran yang berlebihan, bisa mengakibatkan kita sendiri sebagai orangtua merasa cemas, dan bahkan berakibat fatal yaitu terganggunya pertumbuhan, perkembangan dan kreatifitas si anak. Pada akhirnya anak bisa depresi atau suka murung, merasa tidak nyaman, kurang percaya diri, pasif, dan minder sehingga dapat mempengaruhi kemampuan akademis serta sosialnya.
Boleh-boleh saja kita merasa khawatir demi pertumbuhan dan perkembangan anak dalam menuju keberhasilan cita-cita yang kita harapkan. Tentunya kita harus mempunyai tips-tips: mengawasi, mengendalikan, membimbing, membina, memberi arahan, mengajak berdialog dengan rasa kasih sayang, menggunakan bahasa yang bisa diterima oleh si anak sesuai dengan situasi, kondisi, jaman, dan karakter yang dimilikinya. Jangan sekali-kali membandingkan dan mencontohkan bagaimana cara orang lain : kakaknya atau adiknya, dan bahkan cara kita pada saat itu, karena masing-masing anak mempunyai cara, sifat dan karakter yang berbeda pada eranya.
Dibawah ini menyajikan cara agar anak kreatip dan percaya diri.
Tips Menumbuhkan Kreatifitas Anak
Doronglah anak untuk mengekspresikan diri dengan berbagai cara
« Beri kesempatan anak untuk menyampaikan perasaan, keinginan, dan gagasannya tanpa mencela atau membuatnya malu
« Hormatilah cara anak mengekspresikan kreatifitasnya dengan memberikan pengakuan dan pujian terhadap proses kreatif yang dilakukannya
« Ciptakanlah lingkungan rumah yang kaya akan peluang mengekpresikan diri dengan menyediakan sumberdaya (mainan, buku, benda bekas), ruang dan waktu untuk kreatifitas
« Tanyakan dahulu pendapat/penilaian anak terhadap hasil karyanya sebelum orang di sekitarnya memberikan penilaian
« Akui hasil karya anak dengan membingkainya, menempel hasil karyanya, dan memujinya
« Hindarkan tindakan membanding-bandingkan anak dengan temannya
« Biarkan anak bermain dengan gembira, karena bermain adalah wujud kreatifitas bagi anak. Pada waktu bermain, anak akan merasa gembira dan pada saat itulah kreatifitas akan mengalir deras
Sumber: Cara Mengembangkan Kreatifitas Anak. Reynold Bean, Binarupa Aksara, 1995.
Menumbuhkan Percaya Diri Anak
Beri kesempatan kepada anak untuk mengungkapkan perasaan dan pendapatnya
v Hargailah perasaan dan pendapat anak
v Libatkan anak dalam perencanaan kegiatan keluarga
v Bermain dan bergembiralah bersama anak
v Beri kesempatan pada anak mengekspresikan diri melalui gambar atau kreatifitas lain
v Hargai hasil karya anak dengan menempelnya di dinding
v Bimbing anak dalam meningkatkan perkembangan bahasa lisan dan tulisan
v Jika anak berbuat salah tegurlah dengan penuh kasih
v Jangan mempermalukan atau menyalahkan anak di depan umum
v Beri kesempatan anak untuk bertanggung jawab mengurus keperluannya sesuai kemampuannya
v Beri kesempatan anak untuk ias membantu orang lain
Sumber: 101 Cara Menumbuhkan Percaya diri Anak. Anita Lie.Elex Media Komputindo. 2003
Sekedar uneg-uneg: Prihartanto.